Menurut salah satu ajudannya, al-Hashimi meninggalkan Doha pada Rabu (4/4) setelah mengadakan pembicaraan dengan para pejabat senior Qatar, termasuk Raja Sheikh Hamad bin Khalifa Al Thani dan perdana menteri negara itu.
Al-Hashimi meninggalkan wilayah otonomi Kurdistan, Irak, menuju Qatar pada 1 April. Penolakan Doha untuk menyerahkan al-Hashimi kepada pemerintah Baghdad dilaporkan telah memicu perselisihan antara kedua negara.
Al-Hashimi tiba di Qatar pada Ahad (1/4). Dia adalah buron pemerintah Baghdad karena dituduh terlibat dalam serangan bom terhadap para pejabat pemerintah dan keamanan Irak selama beberapa tahun terakhir, termasuk bom mobil pada November 2011 di Baghdad yang tampaknya menargetkan Perdana Menteri Nouri al-Maliki.
Wakil Perdana Menteri Irak Hussein al-Shahristani pada Senin (2/4) mengatakan, sikap Qatar yang telah menerima buron adalah tindakan yang tidak dapat diterima. Dia manambahkan, Doha harus mengubah sikap itu dan menyerahkan al-Hashimi kepada Baghdad.
Pada tanggal 19 Desember 2011, sebuah komite investigasi di Departemen Dalam Negeri Irak mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap al-Hashimi setelah tiga pengawalnya mengaku menerima perintah darinya untuk melakukan serangan terorisme. Al-Hashimi kemudian melarikan diri ke wilayah Kurdistan. Dia menyangkal tuduhan itu dan menyerukan rujukan kasusnya ke wilayah Kurdistan, tetapi peradilan Irak telah menolak permintaannya. (IRIB Indonesia/RA)
