Pesawat tanpa awak AS menembakkan rudal ke sebuah kendaraan, menewaskan dua penumpang di dalamnya, di provinsi Bayda Sabtu (19/5).
Pada hari yang sama, di kota Abyan, Yaman selatan, 34 orang, termasuk 12 tentara Yaman, tewas dalam bentrokan dengan militan yang diidentifikasi sebagai anggota jaringan terori AlQaeda.
Para pejabat lokal menegaskan bahwa dalam operasi tersebut militer Yaman didukung oleh pesawat tanpa awak AS.
Militer AS menggunakan pesawat remote control di Yaman untuk operasi pengintaian dan pembunuhan target-target yang diincar.
Amerika Serikat menghadapi berbagai kecaman dan kritikan akibat eskalasi penggunaan pesawat tanpa awak di Yaman.Bahkan PBB telah mengecam serangan itu dan menilainya bertentangan dengan ketentuan internasional.
Kelompok-kelompok HAM mendesak Washington untuk memberikan keterangan lebih terperinci terkait serangan pesawat tanpa awak paling mematikan, yang terjadi pada tahun 2009.
Serangan di desa terpencil al-Majalah di provinsi Abyan merenggut nyawa lebih dari 40 orang, yang sebagian besarnya adalah perempuan dan anak-anak.
Pada hari Sabtu (19/5), warga Yaman berdemonstrasi dalam rangka menyerukan restrukturisasi militer dan pemecatan para keluarga dari mantan diktator Ali Abdullah Saleh.
Saleh secara resmi mengundurkan diri dan menyerahkan kekuasaan kepada Wakil Presiden Abdrabuh Mansur Hadi pada Februari 2012. Transfer kekuasaan itu merupakan bagian dari prakarsa yang diusulkan Saudi dan disetujui oleh Dewan Kerjasama Teluk Persia P-GCC. (IRIB Indonesia/MZ)
